Hallo
kawan-kawan semua, tetap dirumah dan tetap sehat. Minggu ini kita pelajari
tentang peradaban Mesir Kuno. Peradaban yang terkenal dengan bangunan-bangunan
besarnya dan manajemen banjir yang menarik. O ya, Tugas kompetensi dasar 3.10 menganalisis kehidupan awal manusia
Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta
pengaruhnya dalam kehidupan masa kini sudah
cukup lama diberikan namun banyak yang belum mengumpulkan. Untuk tugas 3.10 saya tunggu sampai tanggal 21 April 2020.
Jangan lupa tetap belajar, tetap dirumah dan tetap jaga kesehatan. Jangan lupa
cuci tangan.
Selamat
membaca.
Kompetensi
dasar :
3.11 menganalisis peradaban awal dunia
serta keterkaitannya denga peradaban masa kini pada aspek lingkungan, hukum, kepercayaan,
pemerintahan, dan sosial.
4.11 Menyajikan hasil analisis peradaban
awal dunia serta keterkaitannya dengan peradaban masa kini pada aspek
lingkungan, hukum, kepercayaan, pemerintahan, dan sosial dalam bentuk tulisan
dan/atau media lain.
MESIR KUNO
Oleh TOPAN
Kondisi
Geografis
Mesir adalah
peradaban pertama di Afrika, berawal pada millennium keempat SM di sepanjang
tepian sungai Nil. Peradaan tersebut bertahan hingga pengujung periode ini dan
bahkan lebih. Ciri khas peradaban in adalah proyek-proyek pembangunan makam
raksasa, evolusi tulisan hieroglif,
dan teknologi perunggu. Lembah Nil adalah tempat kedua di dunia, setelah
Sumeria, tempat komunitas manusia mulai terbentuk. Sungai besar tersebut
menyediakan semua yang diperlukan untuk menciptakan pemukiman : makanan, air,
komuikasi, dan transportasi. Sejak 5.000 SM kota-kota kecil tumbuh di sepanjang
tepian Nil, dan kanal-kanal digali untuk mengalirkan air dari sungai guna
mengairi ladang (Adams, 2007 : 36).
Herodotus
mengatakan bahwa kemajuan Mesir adalah berkat kehadirannya di lembah sungai
Nil. Peradaban Nil menurut ia adalah suatu hadiah sungai Nil (Daldjoeni, 1995 :
63-64). Negeri ini terbagi atas tiga bagian : lembah Nil atas yang sempit
bagian delta yang lebar dan daerah gurun dengan oase-oasenya yang mengapit
sungai Nil. Penduduk lembah Nil yang terisolasikan ini dengan perbandingan yang pincang antara tanah baik dan yang
tandus dipaksa untuk bertani dengan cara yang intensif (Daldjoeni, 1995 : 64).
Tentang angka
penduduk di zaman Mesir kuno juga tentang jumlah penduduk kota Thebe dan
Memphis tak ada bahan informasi. Tetapi problem pokok di Mesir dulu dan
sekarang sama yakni ‘rumah tanggga air’. Tanah-tanah yang tak kena luapan
banjir Nil harus diirigasikan sehingga bertambahlah persediaan pangan bagi
penduduk. Keberhasilan teknologi irigasi dapat menarik penduduk baru ke situ (Daldjoeni,
1995 : 64).
Lingkungan
Secara
keseluruhan sungai Nil mengalir sepanjang 6.400 Km lebih. Sungai ini terbentuk
oleh dua sungai besar yang menyatu, yakni Nil Biru yang bermata air di Etiopia
dan Nil Putih yang bersumber di Uganda. Kedua sungai ini bersatu di Khartoum
dan menjadi Nil yang sesungguhnya, dan dari sini mengalirlah sungai yang
terpadu tersebut sejauh 3.040 Km ke Utara menuju Laut Tengah. Sungai ini
memberikan kemakmuran kepada mereka yang tinggal di sepanjang pinggirnya.
Sedangkan gurun di sampingya mendatangkan keamanan. Pada bentangan sepanjang
1.200 Km antara riam pertama dan laut inilah peradaban yang kita kenal sebagai
peradaban Mesir timbul serta berkembang dengan subur. Mesir adalah suatu daerah
yang oleh geografi dibagi menjadi dua daerah dengan perbedaan jelas. Bagian
dekat Delta dikenal sebagai Mesir Hilir dan bagian di Selatannya dikenal dengan
Mesir Hulu (Casson, 1983 : 29).
Tiap-tiap tahun
aliran pokok sungai Nil meluap. Bila Nil merendam tanah tersebut seluruh Mesir
menjadi lautan, dan hanya kotalah yang tetap berada di atas air. Pada waktu-waktu
seperti itu pelayaran tidak lagi mengikuti jalur aliran sungai, melainkan
melintas secara langsung. Sesorang yang bepergian dari Naukratis menuju
Memphis, misalnya akan berlayar langsung menelusuri pyramid. Bila airnya surut
kembali, tertinggallah lapisan subur. Orang Mesir menyebut tanah hitam untuk
membedakannya dari tanah merah yang tidak subur. Tentang banjir, beberapa puluh
sentimenter lebih tinggi darpada biasanya dapat berarti tergenangnya pedesaan,
beberapa sentimeter lebih rendah berari paceklik (Casson, 1983 : 29-31).
Di Mesir
terdapat tiga musim yang hubungannya dalam penanganan banjir. Pertama adalah
musim “penggenangan” sebagai musim banjir (Juni – September), kemunculan ladang
dari air. Kemudian bulan Oktober sampai bulan Februari memberikan tanah tetap
basah. Untuk musim “kering” dari setelahnya sampai bulan Juni. Masyarakat Mesir
membangun waduk untuk menangani banjir dan irigasi. Selain itu juga dibuatlah
sumur serta menciptakan nilometer untuk
mengukur naiknya air sungai (Casson, 1983 : 31). Gandum adalah hasil pokok yang
demikian melimpah sehingga bila tanahnya diatur dengan baik, negeri itu selalu
berada dalam keadaan yang memungkinkan ekspor gandum.
Selain gandum di
delta sungai Nil berlimpah papyrus
sejenis glagah tinggi yang digunakan untuk pembuatan kertas papyrus. Mesir mengekspor lembaran yang
terbuat dari papyrus ini dan tetap
memegang monopoli yang menguntungkan atas barang dagangannya tersebut sampai
abad ke 12. Selain menjadi kertas, papyrus
juga dapat dipintal menjadi tali dan banyak digunakan pada kapal-kapal kuno di Laut
Tengah. Selain itu papyrus juga
digunakan untuk membuat perkakas seperti keranjang, kotak, tikar, sandal,
ayakan dan tempat duduk. Lumpur sungai Nil dapat juga dimanfaatkan untuk
pembuatan rumah. Untuk pemenuhan minyak, Mesir menghaslkan banyak jarak, biji
rami dan bijan. Lembah sungai Nil
memberikan tempat yang nyaman untuk kehidupan babi dan kambing. Rimbunan papyrus menjadi tempat hidup unggas
seperti burung, angsa dan belibis yang dapat di domestikasi dan dipelihara di
rumah setelah ditangkap (Casson, 1983 : 32)..
Nil memberikan
media transportasi yang memadai. Dengan sungai yang memiliki banyak cabang dan
membentang membuat laju transportasi dan pengangkutan dapat lancar dilakukan di
Mesir. Di tambah lagi bahwa angin berlainan arah dengan aliran air sungai Nil
yang membantu pergerakan kapal baik dari hulu ke hilir ataupun dari hilir ke
hulu. Tercatat bahwa Mesir mengembangkan layar dari zaman sekitar 3.200 SM.
Tukang perahu di Nil memelopori perkembangan perahu sungai (Casson, 1983 : 32-33).
Petani Mesir
memiliki teknologi pemindahan air ke parit yang dikenal dengan “shaduf”. Alat ini terdiri dari galah
yang ditaruh berimbang pada palang-tali dan ciduk air pada satu ujungya, dan
pemberat pada ujung lainnya. Dengan menarik tali ia mendorong ciduk masuk air
sungai. Setelah itu ciduk terangkat oleh pemberat serta airnya ditimba ke parit
(Casson, 1983 : 33).
Hukum
Dalam bidang hukum terdapat jabatan yang
punya peran penting dalam pengaturan hukum di Mesir. Jabatan wazir. Wazir
adalah pejabat utama negara, satu satunya orang selain raja yang dapat
bertindak dalam segala urusan sipil. Ia mengetuai dewan pengadilan
tertinggi. Kendati demikian bukan
berarti bahwa wazir boleh menjadi orang lalim. Peranan pokoknya ialah hakim
agung dan dengan penunjukkan ini ia biasanya didorong dengan nasehat :
“Tuhan membenci sikap memihak. Maka
inilah perintahnya : kamu harus memandang mereka yang kamu kenal seolah-olah
mereka tidak kamu kenal; kamu harus memandang mereka yang dekat denganmu
seolah-olah mereka jauh dari keluargamu…. Janganlah menghindari seorang
pemohon…. Kamu boleh menghukum dia kalau kamu telah memberinya kesempatan untuk
mendengar alasan mengapa ia kamu hukum…. Janganlah marah terhadap seseorang
secara tidak adil…. Lihatlah, kalau seseorang menunjukkan ketakuannya beribu-ribu
kali, maka ada perasaan yang bergejolak dalam hatinya…. Awaslah, seseorang akan
tetap memegang jabatannya selama ia melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa
yang serahkan kepadanya”. Inilah konsep mengenai keadilan serta kemanusiaan
yang luar biasa di dunia kuno (Casson, 1983 : 94-95).
Pada zaman permulaan Mesir para hakimlah,
sebagai bawahan Wazir yang mengadili perkara perdata atupun pidana (Casson,
1983 : 97).
Kepercayaan
1
|
Isis
|
Istri dan saudari Osiris, memiliki kekuatan gaib yang hebat. Kebajikannya antara
lain melindungi anak-anak, inilah menjadikan dia dewi Mesir yang paling
masyur.
|
2
|
Re
|
Dewa matahari di Heliopolis, adalah
dewa negara pada masa wangsa ke 5, menurut beberapa tradisi, dialah pencipta
manusia, orang Mesir menyebut dirinya “ternak Re”.
|
3
|
Anubis
|
Dewa serigala pelindung pemumian,
memberi bantuan dalam upacara penerimaan orang mati di akhirat. Ia memegang
tongkat suci yang dibawa para raja dan dewa,
|
4
|
Nephthys
|
Berarti putri dari puri, saudara Isis, dewi kaum wanita. Nephthys dikaitkan dengan keluarga Osiris karena telah menolong Osiris dengan menghidupkannya lagi.
|
5
|
Horus
|
Dewa dengan kepala rajawali, memegang ankh (lambang kehidupan), di tangan kanannya.
Para raja Mesir menganggap dirinya dewa Horus,
yaitu putra Osiris dan Isis.
|
6
|
Osiris
|
Dewa bumi dan tetumbuhan. Kematian
melambangkan musim kering, sedangkan kelahirannya kembali melambangkan banjir
tahunan Nil serta tumbuhnya gandum.
|
7
|
Hathor
|
Dewi sapi bertanduk adalah dewi cinta,
kebahagiaan, tarian dan musik. Kalau ada anak lahir, datanglah tujuh Hathor ke sisi ranjang untuk
menentukan masa depan anak.
|
8
|
Seth
|
Dianggap sebagai penguasa Mesir Hulu
serta digambarkan sebagai binatang khayal dengan telinga besar mirip keledai.
Dewa ini mempunyai kaitan dengan gurun dan badai.
|
9
|
Thoth
|
Berupa burung upih-upih atau
kerababun, adalah dewa kebijaksanaan yang dikaitkan dengan bulan, bila
matahari lenyap, ia menghalau kegelapan dengan cahayanya.
|
10
|
Ptah
|
Dewa setempat dari Memphis adalah
pelindung para tukang. Menurut dongeng, ia menyebut nama segala benda di
dunia dan dengan begitu mengadakan benda tersebut.
|
11
|
Sobek
|
Dewa yang berwujud buaya, dipuja di
kota-kota yang tergantung pada air, seperti kota Oasis Crocodilopolis, disitu buaya dipelihara dikolam dan dihias
dengan permata.
|
12
|
Ammon
|
Dewa Thebes, berupa manusia tetapi
kadang kala berupa domba atau angsa. Orang Romawi memujannya sebagai Yupiter Ammon.
|
(Casson, 1983 :
184-185)
Pemerintahan
(Hapsari,
2017 : 245-252)
NO
|
PERIODE
|
TAHUN
|
PENJELASAN
|
1
|
Pradinasti
|
3100 – 3050 SM
|
Peradaban mereka dikenal dengan
tembikar, sisir, gelang tangan, dan manik-manik. Kebudyaaan terbesar dikenal
dengan kebudayan Badari di Hulu. Di
Utara berkembang peradaban Amratia dan
Gerzia. Di Selatan berkembang Naqada. Pada masa akhir pradinasti
peradaban Naqada mulai menggunakan
simbol-simbol tulisan yang kelak berkembang menjadi tulisan hieroglif.
|
2
|
Kerajaan Lama
|
2686 – 2181 SM
|
Di bawah pemerintahan firaun Djoser /
Zoser dan Khufu, teknologi arsitektur dan seni berkembang pesat. Berdirilah
projek-projek kolosal seperti pyramid (Giza
dan Sfinks) serta membuat karya
seni istimewa. Kemajuan ini didorong oleh meningkatnya produktivitas
pertanian yang dimungkinkan karena adanya pembinaan dari pemerintah pusat. Di
bawah pengarahan para menteri, mengumpulkan pajaknya, mengatur proyek irigasi
untuk meningkatkan hasil panen, mengumpulkan petani untuk bekerja di proyek-
proyek pembangunan, serta menetapkan sistem peradilan untuk menjaga keamanan.
Pada masa ini pula muncul golongan juru tulis / sesh dan pejabat berpendidikan yang diberikan tanah oleh firaun
sebagai bayaran. Periode ni ditandai kuatnya praktik feodal yang mengikis
kekuatan ekonomi Mesir. Kondisi ini membuat firaun tak lagi mampu membiayai
pemerintahan terpusat yang besar. Dengan berkurannya kekuatan firaun,
gubernur regional yang dikenal dengan nomark
mulai menentang firaun. Hal ini diperburuk dengan kekeringan pada tahun
2200 – 2150 SM. Akibanya Mesir memasuki perode kelaparan dan perselisihan
yang dikenal dengan periode menengah pertama.
|
3
|
Menengah Pertama
|
2181 – 1991 SM
|
Gubernur-gubernur wilayah tidak
menggantungkan kepada firaun pada
masa krisis. Kekurangan pangan dan sengketa politik meningkat menjadi
kelaparan dan perang saudara berskala kecil. Pemimpin lokal yang tidak
berutang upeti kepada firaun menggunakan kebebasan baru mereka untuk
membangun provinsi mereka menjadi lebih kaya. Kemudian mereka berebut
kekuasaan. Pada 2160 SM, penguasa-penguasa
di Herakleopolis menguasai Mesir
Hilir, sementara keluarga Intef di Thebe mengambil alih Mesir Hulu.
Sekitar tahun 2055 SM, tentara Thebe dipimpin
Nebhepetre Mentuhotep II berhasil
mengalahkan penguasa Herakeopolis,
menyatukan kembali kedua negeri, serta memulai perode renaisans kebudayaan dan ekonomi yang dikenal sebagai periode
kerajaan pertengahan.
|
4
|
Kerajaan Pertengahan
|
2134-1690 SM
|
Kesejahteraan kembali. Pada penguasa
terakhir kerajaan pertengahan, Amenemhat III, membolehkan pendatang bangsa
Semitik dari Asia yaitu Kanaan yang disebut bangsa Hyksos tinggal di daerah
delta. Tujuannya memenuhi kebutuhan pekerja, terutama untuk kebutuhan
pertambangan dan pembangunan. Kegiatan pertambangan dan pembangunan yang
ambisius, ditambah dengan meluapnya sungai Nil, membebani ekonomi dan
mempercepat kemunduran Mesir. Saat itu penduduk Kanaan berhasil mengambil
alih kekuasaan dan memaksa pemerintahan pusat mundur ke Thebe. Mesir kemudian
berada di bawah kekuasaan orang Hyksos.
|
5
|
Menengah Kedua dan Bangsa Hyksos
|
1674 – 1549 SM
|
Pada tahun 1555 SM, Thebe mengumpulkan
kekuatan untuk melawan Hyksos. Perang antara keduanya pun terjadi selama 30
tahun. Di bawah Ahmoses I, penguasa pribumi di Thebe berhasil mengusir bangsa
Hyksos dari Mesir. Kemudian muncul prioritas utama mereka adalah membangun kekuatan
militer, tidak saja untuk memperkuat kekuasaan mereka secara internal, tetapi
juga untuk perluasan wilayah.
|
6
|
Kerajaan Baru
|
1549 -1069 SM
|
Tanda-tanda kemakmuran. Dibangunnya
skala besar terutama saluran irigasi yang semakin tertata baik, gedung-gedung
mewah, kuil-kuil megah serta makam yang desain dan arsitekturnya tidak kalah
dengan bangsa Mesopotamia. Kampanye militer untuk memperluas pengaruh firaun
sampai ke Suriah dan Nubia (Sudan Utara sekarang). Di luar semua itu, para
firaun pada masa ini terkenal karena membangun monumen untuk memuliakan
pencapaian-pencapaian mereka. Firaun pada masa ini antara lain Tuthmosis I
sampai III, firaun bernama Hatshepsut, Amenhotep IV, dan Ramses II. Tuthmosis
I dan cucunya Tuthmosis III terkenal secara khusus karena melakukan kampanye
militer ke Suriah dan Nubia untuk memperluas pengaruh firaun, memperkuat
kesetiaan dan membuka jalur. Hatshepsut terkenal karena pada masanya
memulihkan jaringan perdagangan dengan kerajaan tetangga, melakukan ekspedisi
perdagangan ke Punt (diperkirakan jazirah Arab) yang terkenal akan emas, damar,
kayu hitam, gading, budak, binatang liar, kuil tempat pemakaman firaun yang
elegan dan megah, sepasang obelisk
raksasa, dan kapel ke Karnak (pemujaan
Dewa Amun).
Sekitar 1350 SM, stabilitas kerajaan
Baru terancam ketika Amenhotep IV naik tahta dan melakukan reformasi. Ia
membangun ritus keagamaannya sendiri, mengubah nama menjadi Akhenaten, dan
tidak peduli dengan situsasi politik eksternal kerajaan. Akhenaten memuja
dewa Matahari Aten sebagai dewa tertinggi dan melarang pemujaan terhadap dewa-dewa
lain. Ia juga memindahkan ibu kota dari Thebe ke Akhetaten.
Ramses II (Ramses Agung) naik tahkta
pada 1279 SM. Ia membangun lebih banyak kuil, mendirikan patung dan obelisk, serta dikarunia anak yang
banyak dari pada firaun lain dalam sejarah. Dia sebagai pimpinan militer yang
berani. Ramses II memimpin tentaranya melawan bangsa Het dari Asia Kecil
dalam pertempuran Kadesh (1274 SM).
Pertempuran tersebut berakhir ditandai dengan adanya perjanjian damai antara
Ramses II dan Hattusili III (raja Het) sekitar tahun 1258 SM. Perjanjian ini
mengakhiri konflik dan memutuskan bahwa dua kerajaan akan saling membantu
dalam menghadapi invasi pihak ketiga. Perjanjian tersebut kini diakui sebagai
perjanjian perdamaian pertama dalam sejarah dunia.
Diakhir periode Mesir terus menerus
mendapat serangan dari bangsa Libya dan orang Laut yang menguasai Laut Aegea.
Kekuasaan firaun semakin dibayang-bayangi kekuasaan para imam agung di kuil
Thebe dan maraknya praktik korupsi dalam kerajaan. Hal ini membuat kerajaan lemah
dan pecah. Akibatnya Ramses XI hanya menguasai wilayah Utara (Hilir),
sedangkan selatan (Tengah dan Hulu) yang berpusat di Thebe dikuasai para imam
agung Amun. Pada penguasaan ini Mesir akhirnya jatuh ke tangan gubernur kuat
di mesir hilir bernama Smendes, dan mendirikan dinasi baru.
|
7
|
Menengah Ketiga
|
1068 – 653 SM
|
Dinasti Smendes berkuasa. Ibu kotanya
di utara Mesir bernama Tanis. Wilayah selatan dikuasai imam agung Amun tunduk
pada kekuasaan Smendes. Bangsa barbar dari Libya menetap di delta barat (945
SM), dan lama kelamaan membentuk dinasi sendiri bernama Bubastit yang
dipimpin Shoshenq, dan dinasti ini berhasil mengambil alih wilayah selatan
serta menempatkan keluarga mereka dalam posisi kependetaan yang penting.
Sekitar tahun 727 SM, bangsa Kush dari
Nubia (Sudan) menundukkan Dinasti Bubastit di selatan dan dari sana menyerang
wilayah utara. Dinasti Kush berhasil menyatukan kembali wilayah Mesir. Pada
tahun 671-667 SM, Asyur menyerang Mesir. Masa kekuasaan Raja Kush, Taharqa
dan penerusnya, Tanutamun, dipenuhi dengan konflik melawan Asyur. Akhirnya,
Asyur berhasil memukul mundur Kush ke Nubia. Mereka juga menduduki Memphis
dan menjarah harta karun di kuil-kuil Thebe.
|
8
|
Akhir
|
672 – 332 SM
|
Bangsa Asyur menyerahkan kekuasaan
Mesir kepada vassal pribumi yang
dikenal sebagai raja-raja Sais. Pada 653 SM, Raja Sais Psamtik I berhasil
mengusir bangsa Asyru dengan bantuan tentara bayaran Yunani yang direkrut
untuk membentuk angkatan laut pertama Mesir. Kota Naukratis menjadi tempat
tinggal orang Yunani di delta. Pada 525 SM, bangsa Persia dari kekaisaran
Achaemenid yang dipipin Cambyses II menaklukkan Mesir dan menangkap firaun
Psamtik III dalam pertempuran di Pelusium. Cambyses II lalu mengambil alih
gelar firaun. Ia berkuasa dari kota Susa di Persia serta menyerahkan Mesir
kepada seorang Satrapi (gubernur
provinsi), pemberontakan- pemberontakan meletus pada abad ke 5 SM, tetapi
tidak satupun yang berhasil mengusir bangsa Persia secara permanen.
|
9
|
Dinasti Ptolemeus
|
332 – 30 SM
|
Pada 332 SM, Alexander Agung
menaklukkan Mesir. Penerus Alexander dibuat berdasarkan sistem Mesir, beribu
kota di Alexandria. Kota tersebut menunjukkan kekuatan dan martabat kekuasaan
Yunani. Di tempat itu didirikan perpustakaan Alexandria, yang menjadi pusat
pembelajaran dan budaya. Mercusuar Alexandria didirikan untuk membantu
navigasi kapal yang berdagang dikota tersebut, terutama setelah penguasa
Dinasti Ptolemeus mengembangkan perdagangan dan bisnis seperti produksi papyrus.
Dinasti Ptolemeus mendukung tadisi
lokal untuk menjaga kesetiaan rakyat. Mereka membangun kuil baru dalam gaya
Mesir, mendukung kultus tradisional dan menggambarkan diri mereka sebagai
firaun. Langkah lain untuk memperkuat persatuan antara Mesir dan Yunani
adalah membuat perpaduan antara kebudayaan Yunani dan kebudayan Mesir. Contohnya
bentuk seni ukir Yunani Kuno yang juga memengaruhi motif tradional Mesir.
Masa ini juga mendapatkan tantangan seperti pemberontakan, konflik internal,
serta adanya gerombolan pengacau di Alexandria setelah kematian Ptolemeus IV.
Situasi ini dimanfaatkan penguasa Romawi untuk menyerang Mesir.
|
10
|
Kekuasaan Romawi
|
30 SM – 300 an M
|
Di bawah Romawi mereka masih
mempertahankan tradisi seperti mumifikasi
dan pemujaan dewa-dewi. Namun lama kelamaan budaya Mesir secara perlahan
hilang. Meskipun penduduk asli masih mampu bertutur dengan bahasa ibu mereka,
kemampuan membaca hieroglif terus
berkurang seiring dengan melemahnya peran pendeta pendeta kuil.
|
Sosial
Struktur masyarakat Mesir Kuno (Hapsari,
2017 : 252-253)
1
|
Firaun
|
Diyakini sebagai Dewa yang ada di bumi
dan paling berkuasa. Ia berwenang membuat hukum, menjaga ketertiban dan
keamanan serta memastikan para Dewa tetap senang sehingga Nil tetap meluap
dan hasil panen melimpah.
|
2
|
Wazir
|
Penasehat, tangan kanan firaun dan menjadi
imam agung. Ia bertugas mengawasi jalannya pemerintahan dan menadatangani
semua dokumen resmi negara. Ia memastikan tersedianya bahan makanan,
mencengah perselisiahan di atara bangsawan, serta bertindak sebagai kepala
staf istana yang mengurus rumah tangga serta jadwal kegiatan firaun.
|
3
|
Bangsawan
|
Golongan yang berkuasa di kota-kota
mesir (nomes) yang relatif
berstatus otonom. Mereka berhak mengambil kebijakan serta memelihara
ketertiban wilayah mereka.
|
4
|
Imam
|
Pendeta, bertanggung jawab membuat para
dewa senang dengan melakukan ritual upacara di kuil mereka.
|
5
|
Juru tulis
|
Bertugas mendokumentasikan peristiwa-peristiwa
penting melalui catatan.
|
6
|
Tentara
|
Bertanggung jawab mempertahankan
kerajaan dari serangan musuh. Ada tradisi bahwa anak kedua termasuk anak
firaun, harus masuk dalam angkatan bersenjata. Tentara berhak menikmati hasil
rampasan dan jarahan perang, serta dapat dihadiahi tanah oleh firaun.
|
7
|
Tukang
|
Tenaga kerja termpil dalam pembuatan
tembikar, penyamak kulit, pemahat, pematung, pengukir, pelukis, pemintal, pembuat
manik-manik dan perhiasan, pembuat sepatu dan penjahit. Untuk pemahat,
pematung dan pengukir biasanya bekerja di bengkel seni yang disediakan
pemerintah. Mereka berperan dalam mempercantik kuil dan bangunan lain.
|
8
|
Petani
|
Golongan terbesar di Mesir Kuno.
Bekerja di tanah milik firaun dan para bangsawan. Mereka diberi rumah, makan,
dan pakaian sebagai imbalan. Sebagian bangsawan menerapkan sistem sewa tanah
kepada petani dengan pembayaran berupa sebagian dari hasil panen.
|
9
|
Budak
|
Pada umumnya adalah tawanan perang.
mereka bekerja di dalam istana ataupun rumah para bangsawan selain itu mereka
bekerja juga dipertambangan kerajaan dan mengurus kebersihan kuil.
|
Masyarakat Mesir
Kuno memandang pria dan wanita, dari kelas sosial manapun kecuali budak,
memilik hak yang sama di mata hukum, memiliki hak menjual dan memiliki property, membuat surat wasiat atas
namanya sendiri, membuat perjanjian hukum, bercerai dan menikah kembali,
melindungi diri dari konflik dalam perceraian dengan membuat kontrak pranikah
serta berhak mendapatkan upah yang sama dengan pria. Perempuan Mesir Kuno
memiliki kesempatan memilih serta meraih sukses yang lebih luas. Dapat
dicontohkan Hatshepsut dan Cleopatra yang bisa menjadi penguasa (Hapsari, 2017 :
253-254).
Dari pembagian
musiman (lihat lingkungan) timbulah organisasi sosial sebab sungai serta
perilakunya juga menentukan pembagian kerja. Selama musim kemunculan orang
menahan dan menampung air yang lekas menyusut itu serta menanamnya di dalam
lumpur. Pada musim kering mereka memungut panen dan mengirig hasilnya. Selama
musim “penggenangan” ketika ladang dilanda banjir, mereka mengangkut batu untuk
proyek bangunan firaun (Casson, 1983 : 31).
Pada masa stabil
tidak sedikit orang dari antara pekerja ahli seperti pelukis dan pemahat yang
mendapat nafkah cukup untuk membangun sebuah makam yang lengkap bagi dirinya
sendiri. Pada masa sulit, sebaliknya para tukang mungkin lebih buruk keadaanya
dari pada para petani, karena pejabat pemerintah yang korup mungkin menahan
upah para tukang yang mengakibatkan kelaparan. Hal ini khususnya terjadi pada
bagian akhir zaman kerajaan Baru, ketika peruntungan Mesir mulai merosot dan kekayaan
nasional sangat rendah. Lebih kurang pada tahun 1170 SM pemerintah menunggak
pembayaran dua bulan gaji. Tanpa di sangka- sangka pada suatu hari pekerja di
Nekropolis di Thebes meletakkan alat kerjanya dan mogok sambil bernyanyi “kami lapar ! kami lapar!” Mereka
berbaris ke Ramesseum (kuil Ramses
II) dan duduk diluar tembok, dipinggir ladang yang dikerjakan. Mereka tidak mau
pergi, bahkan ketika tiga orang pejabat meminta agar mereka bekerja kembali.
Hari berikutnya mereka berbaris lagi, dan pada hari ketiga mereka memasuki
pagar pekarangan kuil, Mereka tetap teratur tetapi tekadnya bulat. Pada hari
itu bagian mereka untuk sebulan di serahkan, tetapi mereka terus mogok sampai
delapan hari sehingga seluruh upah mereka untuk dua bulan itu dibayarkan.
Inilah laporan tentang adanya pemogokan pertama dalam sejarah, dan peristiwa
pemogokan tersebut merupakan pertanda bahwa kelas rendahan Mesir tidaklah pasif
sebagaimana kadang kala digambarkan orang (Casson, 1983 : 101).
Daftar
Pustaka
Adams,
Simon. 2007. SEJARAH DUNIA DARI MESIR
KUNO HINGGA TSUNAMI ASIA – PANDUAN UTAMA TENTANG SEJARAH DUNIA. Jakarta :
Erlangga
Casson,
Leonel. 1983. ABAD BESAR MANUSIA MESIR
KUNO. Jakarta : PT Tira Pustaka
Daldjoeni,
N. 1995. GEOGRAFI KESEJARAHAN I
PERADABAN DUNIA. Bandung : Penerbit Alumni
Hapsari,
Ratna. 2017. SEJARAH UNTUK SMA/MA KELAS
X Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Penerbit Erlangga
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
BalasHapusdapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q