KONDISI POLITIK,
EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA PADA AWAL KEMERDEKAAN.
1.Kondisi Ekonomi.
a)
Beberapa lahan perkebunan dan istalasi-instalasi
industri di Indonesia
tidak dapat berfungsi.
b)
Terjadinya inflasi yang sangat parah, karena mata uang
Rupiah Jepang beredar secara tak terkendali.
c)
Kas negara kosong.
d)
Negara
RI belum memiliki mata uang
sendiri.
e)
Pajak dan bea masuk sangat kecil dan pengeluaran Negara
semakin bertambah.
f)
Mata uang yang masih beredar: De Javasche Bank, Mata
uang pemerintah Hindia Belanda dan Mata uang pendudukan Jepang.
g)
Terjadinya Blokade Belanda (sejak Nopember 1945). Alasan
Belanda melakukan Blokade itu adalah:
1.
Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
2.
Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda
dan milik penguasa asing lainnya.
3.
Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan
dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh bukan bangsa Indonsia.
Sedangkan
tujuannya untuk menjatuhkan RI yang baru berdiri dengan senjata ekonomi.
2. Usaha-Usaha RI Untuk Menangani.
1)
Ir. Surakhman melaksanakan pinjaman Nasional.
2)
Gerakan penyetoran dari masyarakat ke Bank Tabungan
Pos.
3)
Bulan Oktober 1946 RI mengeluarkan Uang kertas baru
yaitu Oeang Repoeblik Indonesia (ORI).
4)
Tanggal 1 November dibentuklah Bank Negara Indonesia.
5)
Menembus Blokade Ekonomi Belanda dengan usaha:
a.
RI membantu India yang tertimpa kelaparan
dengan mengirim 500.000 ton beras. Sebagai janji India akan mengirim bahan pakaian.
Usaha berhasil.
b.
Bekerjasama dengan Banking and Trading Corporation. BTC
kontak dengan Isbrantsen Inc (USA) dan mau membeli produk Indonesia. Kapal barang dagangan
Martin Behrman masuk Indonesia
(Cirebon) dan
disita AL Belanda yang kemudian di giring
ke Tanjung Prok.
c.
Sejak tahun 1947 Indonesia membangun perwakilan
resmi di Singapura dengan nama Indonesia Office (Indoff). Secara resmi Indoff
memperjuangkan kepentingan politik Luar Negeri Indonesia, secara rahasia mengendalikan
penembusan Blokade Belanda dan usaha barter.
d.
Pembentukan Kementrian Pertahanan Usaha Luar Negeri
(KPULN) dengan tugas membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang serta
usaha untuk memasukkannya ke Indonesia.
e.
Menembus blokade melalui selat Malaka. Operasi ini
dipimpin, antara lain oleh Mayor John Lie dan Ibrahim Saleh.
6)
Pengadaan konferensi ekonomi dengan tujuan penanganan
masalah:
a.
Produksi dan distribusi bahan makanan.
b.
Masalah sandang.
c.
Status dan administrasi perkebunan.
Konferensi
ekonomi 2 diadakan di Solo tanggal 6 Mei 1946 di bahas:
1.
Program ekonomi pemerintah.
2.
Masalah keuangan Negara .
3.
Pengendalian harga.
4.
Distribusi.
5.
Alokasi tenaga manusia.
Hatta
menyarankan rehabilitasi pabrik-pabrik gula. Tanggal 19 Januari 1947 atas
Inisiatif menteri kemakmuran Dr. A.K. Gani, dibentuk Planning Board (Badan Perancang
Ekonomi). Paska sidang, A.K. Gani mengemukakan Rencana sepuluh tahun:
1.
Semua bangunana umum, perkebunan dan industri yang
telah ada sebelum perang menjadi milk Negara.
2.
Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan
dengan pembayaran ganti rugi.
3.
Perusahana milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi
terhadap RI.
4.
Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang
berhak sesudah diadakan perjanjian RI dengan Belanda.
7)
Pengaktifan kembali Persatuan Tenaga Ekonomi.
8)
J.J. Kasimo sebagai Menteri Persediaan Makanan Rakyat,
telah mencanangkan Rencana Produksi Tiga Tahun. Program ini terkenal dengan
sebutan Plan Kasimo (sebagai usaha swasembada pangan):
a.
Diadakan program intensifikasi di Jawa, yakni penanaman
bibit padi unggul.
b.
Disediakan kebun bibit disetiap desa untuk memberikan
bibit yang baik bagi rakyat.
c.
Melarang penyembelihan hewan yang berperan dalam
pertanian, maka perlu sensus jumlah hewan.
d.
Menanami tanah-tanah yang masih kosong, terutama di
Sumatra Timur.
e.
Melaksanakan program transmigrasi dari Jawa ke Sumatra.
3. Kondisi Politik.
Tanggal 18
Agustus 1945 diadakan rapat PPKI di Pejambon dipimpin Ir. Soekarno dengan
hasil:
a.
Dipilihnya Soekarno dan Moh. Hatta sebagai Presiden dan
Wakil Presiden RI.
b.
Mengesahkan UUD 1945
Soekarno
menunjuk sembilan orang sebagai panitia kecil dengan ketua Otto Iskandardinata,
untuk merumuskan pembagian wilayah. Tanggal 19 Agustus dilaporkan dengan hasil:
wilayah pertama RI adalah: Jawa
barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo, Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil dan
Sumatra, plus Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.
Sedangkan
Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo dan Kasman Singodimejo sebagai panitia
kecil yang ditugasi membuat Departemen
bagi pemerintahan RI, melaporakan hasilnya juga: Kementerian Dalam Negeri, Luar Nnegeri,
Kehakiman, Keuangan, Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran, Sosial, Pertahanan, Perhubungan
dan Pekerjaan Umum. PPKI tanggal
22 Agustus 1945 kembali mengadkan sidang dan menghasilkan terbentuknya Komite
Nasional di seluruh Indonesia
dan pusatnya di Jakarta,
Partai Nasional dan Badan Keamanan Rakyat. Tanggal 29 Agustus 1945 KNIP
diresmikan dan anggotanya dilantik di gedung Kesenian Pasar Baru Jakarta,
sebagai ketua Mr, Kasman Singodemejo dan wakilnya Sutarjo Kartohadiskusumo, Mr.
Latuharhary dan Adam Malik. Tanggal 16
Oktober 1945 diadakan rapat KNIP bertempat di gedung Balai Muslimin
Indonesia Jakarta. Lahirlah Maklumat Wakil Presiden NO. X tanggal 16 Oktober 1945 yang
berisi Bahwa Komite Nasional Pusat, sebelum berbentuk Majelis Permusyawaratan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan Legislatif dan ikut
menetapkan Garis-Garis besar dari Pada Haluan Negara, serta menyetujui bahwa
pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung dengan gentingya keadaan
dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang
bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.
Kabinet
pertama RI dibentuk Presiden Soekarno pada tanggal 2 September 1945, beserta
nama-nama gubernur yang ditugasi pada propinsi pertama dan dilengkapi juga penunjukan ketua Mahkamah Agung dan Jaksa Agung.
Tanggal
3 November 1945 lahirlah Maklumat tentang berdirinya partai partai politik.
4. Kondisi Sosial Budaya.
Terjadi
perubahan strata masyarakat:
Belanda
|
Jepang
|
Indonesia
|
Bangsa Belanda
|
Bangsa Jepang
|
Diskriminasi dihapus semua
warga Negara sama.
|
Bangsa Timur Asing (Cina, India
dan Arab)
|
Pribumi
|
|
Pribumi.
|
Bangsa Timur Asing dan Indo
Eropa.
|
|
Menteri
pendidikan dan pengajaran pertama adalah Ki Hajar Dewantara. Pada saat Suwandi
menjadi Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayan, di Yogyakarta telah
dibentuk suatu Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia. Yang diketuai Ki Hajar
Dewantara (disahkan tanggal 12 Mei 1947). Pokok pikiran dan saran:
1.
Pedoman pendidikan dan pengajaran diubah secara
mendasar dengan alam kemerdekaan.
2.
Kegiatan pengajaran diharapkan mendapat tempat yang
teratur dan seksama.
3.
Pengajaran tinggi perlu diadakan seluas luasnya.
4.
Dilaksanakan pengiriman pelajar ke Luar Negeri.
5.
Paham perorangan diganti paham kebersamaan, sesuai
dengan nilai kesusilaan dan rasa perikemanusiaan yang tinggi. Tujuan pendidikan
dan pengajaran adalah diarahkan untuk membimbing anak didik agar menjadi warga
Negara yang memiliki rasa tanggung jawab (baik jasmani maupun rohani, moril
maupun materiil).
6.
Wajib sekolah dilaksanakan secara bertahap.
7.
Bidang-bidang pengajaran kejuruan, seperti pertanian,
perindustrian dan pelayaran perlu mendapat perhatian istimewa.
8.
Malah pembiayaan, disarankan untuk sekolah dasar tidak
dipungut uang sekolah, untuk sekolah menengah dan perguruan tinggi diatur
pembayarannya dan perlu ada tunjangan.
Saran diterima
pemerintah dan dasar pendidikan menganut prinsip-prinsip demokrasi, kemerdekaan
dan keadilan sosial.
Di bidang
bahasa mengalami perkembangan yang pesat karena faktor:
1.
Bangkitnya semangat kebangsaan Indonesia sehingga memperkecil
sifat kesukuan dan kedaerahan.
2.
Telah diterbitkannya kitab Logat Melayu tahun 1901 yang
ditulis oleh Van Ophuysen. Tulisan ini kemudian digunakan disekolah yang
mengajarkan bahasa Melayu.
3.
Didirikannya Commissie Voor De Volkslectuur tahun 1908 (menjadi Balai Pustaka).
4.
Dilarangnya penggunaaan bahasa Belanda di jaman Jepang.
Tahun 1947
menteri PP dan K melanjutkan usaha kodifikasi tata bahasa dan kata-kata baru.
Juga ada pemikiran untuk menyerderhanakan ejaan Van Ophuyzen. Untuk Menteri pada tanggal 18 Juli 1947 telah
membentuk komisi Bahasa bertugas sebagai berikut
1.
Menetapkan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia.
2.
Menetapkan tata bahasa Indonesia.
3.
Menyusun kamus baru atau penyempurnaan kamus yang telah
ada dalam bahasa Indonesia.
Hasil dari
panitia tersebut adalah lahirnya ejaan Republik yang disebut ejaan Suwandi dan juga telah ditetapkan 5000 istilah baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar