SURAT DARI DIGUL UNTUK ARMADA HITAM DI AUSTRALIA
(Judul terinspirasi dari buku berjudul “ARMADA HITAM” Karya Rupert Lockwood)
Oleh : TOpan
Kapal uap Belanda Both pada pertengahan 1943 melintasi Selat Torres, sampai akhirnya dengan melintasi kepulauan karang Barrier Reef ia memasuki Pelabuhan Bowen, Queensland Utara, sebagai kapal pertama yang ditugaskan mendarat orang-orang hukuman di Australia Timur. Kabut kerahasiaan yang menutupi misi Both ke Australia itu segera tersingkap, sesudah tali-tali tambatan dilontarkan ke darat. Sepucuk surat dengan tulisan jatuh ke kaki seorang dari kaum buruh pinggir air di Bowen, yang sedang bertugas memuat batu bara dan perbekalan kapal. Surat itu menjelaskan bahwa yang termuat dalam kapal itu adalah lebih dari 500 orang Indonesia, lelaki, perempuan dan anak-anak, dari kamp penjara Belanda Tanah Merah yang seringkali dinamakan Boven Digul. Para tawanan politik Indonesia itu akan diinternir lagi di Australia. Tulisan itu dengan tegas mengisyaratkan bahwa bantuan orang Australia dalam membebaskan mereka akan disambut dengan baik (Lockwood, 1983 : 14).
Buruh tepi air Bowen yang memungut surat yang dilemparkan dari kapal Both itu cukup tergerak hatinya dan segera memberikan perhatian politik kepada derita manusia-manusia yang menjadi tahanan di atas kapal itu. Suratpun dibawa ke Brisbane dengan kurir, selanjutnya ke Sydney. Bahasa Inggris yang telah dipelajari oleh si orang Indonesia di Boven Digul menjadi bab pertama dari cerita tentang gerakan pemboikotan yang paling efektif dan paling penting dalam sejarah Australia (Lockwood, 1983 : 15).
Di stasiun Liverpool para tawanan Tanah Merah melontarkan suratnya yang kedua, yang ditujukan kepada siapa saja orang Australia yang ada kemungkinan bersimpati kepada keadaan mereka yang buruk itu. Surat itu ditulis dengan potlot dan dilemparkan ke peron, jatuh dekat kaki seorang buruh kereta api. Yang menulis surat itu adalah seorang buruh kereta api yang namanya oleh orang-orang Australia yang kemudian hari mengenalnya diucapkan Jo-Jo. Surat Jo-Jo yang ditulis dalam bahasa Inggris itu dapatlah mengungkapkan bahwa para tawanan di atas kereta api itu adalah orang-orang Indonesia, tawanan dari Belanda kolonial. Surat menyatakan bahwa orang-orang yang ada diatas kereta api itu kebanyakan telah tinggal di Tanah Merah sejak tahun 1926 – 1927 ; ia menyatakan juga bahwa banyak dari teman-temannya telah mati di Digul, dan sebagian dari orang-orang yang akan diinternir kembali di Australia itu sudah sakit keras, kena malaria, tbc dan penyakit-penyakit lain. Penulis surat menyatakan tekadnya atas nama teman- teman setawanan untuk berjuang membebaskan diri dari penjara lanjutan di Australia dan untuk memperoleh bantuan pengobatan bagi mereka yang sakit (Lockwood, 1983 : 21).
Dikenalinya orang-orang buangan Tanah Merah akibat dari surat yang dijatuhkan ke darat di Bowen dan kemudian akibat surat kedua yang dilontarkan kepada seorang buruh kereta api Sydney dari kereta api tawanan yang melewati stasion Liverpool dalam perjalanan ke sebuah kamp tidak jauh dari sana. Inilah yang menjadi dasar dari front Indonesia Australia dalam melawan usaha Belanda untuk menghancurkan Republik, dan menandai terjadinya perpecahan pertama antara Belanda dan Australia di tingkat pemerintah. Orang-orang hukuman dari kapal Both itulah para pemrakarsa gerakan di pelabuhan-pelabuhan Australia dan di pangkalan -pangkalan Belanda yang telah menghalang-halangi kembalinya Belanda ke Hindia (Lockwood, 1983 : 15).
Anggota staf stasiun Liverpool yang memungut surat Jo-Jo itu adalah seorang anggota serikat buruh yang militan. Ketika selesai aplusannya hari itu, ia pun membawa surat itu kepada Nyonya Laura Gapp dari Liga Hak-Hak Sipil yang waktu itu merupakan organisasi kebebasan sipil yang terkemuka di Sydney. Kalau surat yang dilemparkan di dermaga Bowen itu merupakan peringatan awal, maka surat yang dilemparkan di stasiun Liverpool itulah yang segera meletikkan api aksi. Nyonya Gapp dan teman-teman serikat buruh mengikuti jejak orang-orang Tanah Merah itu ke kamp interniran Liverpool dengan bantuan beberapa orang tentara Australia (Lockwood, 1983 : 21).
Mereka segera melihat bahwa orang-orang Indonesia itu sama sekali bukan teman orang Jepang : mereka pun mulai mengetahui riwayat Tanah Merah itu dan menyampaikan ceritanya kepada orang-orang serikat buruh. Nyonya Laura Gapp membenarkan bahwa prajurit Australia yang mengawal orang-orang Indonesia itu adalah orang-orang yang menyimpan rasa belas kasihan. Sekalipun memasukkan bungkusan berisi buah, kue, susu kaleng, gula-gula, dan pemberian lainnya untuk para tawanan itu dilarang, namun prajurit itu mengizinkan memasukkan obat-obatan untuk orang-orang Indonesia yang menderita sakit (Lockwood, 1983 : 22).
Segera setelah buruh kereta api dari Liverpool membawa surat yang di lemparkan oleh Jo-Jo dari kereta api di stasiun Liverpool itu kepada Nyonya Laura Gapp, maka nyonya itu pun berada di kantor Menteri Luar Negeri dan Jaksa Agung, Dr. Hebert Vere Evatt, di gedung Parlemen, Canberra. Inilah permulaan kerjasama Australia-Indonesia dalam melawan Belanda di tingkat politik tinggi. Menurut Nyonya Gapp, Dr. Evatt merasa gundah dan sedikit prehatin dengan terus diinternirnya orang-orang Indonesia yang diturunkan dari kapal Both, dan mencoba cuci tangan dari tanggung jawab atasnya. Dengan baik-baik Dr. Evatt mendorong Nyonya Gapp untuk memulai kampanye pembebasan orang-orang Indonesia, yang berarti membantunya memperoleh dukungan yang diperlukannya di dalam kabinet yang hati-hati itu untuk menantang Belanda dan memerintahkan pembebasan orang-orang itu dari Cowra dan Liverpool, kalau para penguasa Hindia Belanda menolak. Dr. Evatt telah mengajukan permintaan pribadi kepada para pemimpin Hindia Belanda untuk memberikan kebebasan kepada para interniran Tanah Merah itu (Lockwood, 1983 : 22).
Bartlett Adamson (penyair dan penulis Australia) banyak memberikan bantuan. Ia telah membuat daftar bantuan dari badan-badan kebudayaan dan penulis-penulis terkemuka, dalam kampanye untuk membebaskan para tawanan Indonesia itu. Bersama dengan Nyonya Gapp, Bartlett Adamson bikin ribut di Konsulat Belanda (Margaret Street, Sydney). Berikutnya Nyonya Gapp dan Bartlett Adamson mendobrak pintu klinik kesehatan yang dikelola oleh angkatan bersenjata pelarian Hindia Belanda di Kent Street, dekat jembatan pelabuhan Sydney. Kedua orang ini mendesak dokter di klinik tersebut agar berbuat sesuatu untuk para tawanan Tanah Merah yang sakit di Liverpool, yaitu membiarkan mereka datang ke klinik pengobatan, atau membebaskan mereka untuk datang ke rumah sakit Australia. Segera kemudian tekananpun menjadi sangat kuat, dan agitasi yang semakin memuncak itu menyebabkan Pemerintah Curtin mengajukan permintaan tegas kepada para pemimpin Hindia Belanda (Lockwood, 1983 : 22-23).
Dr. Hebert Vere Evatt membantu melonggarkan jalan masuk menuju orang-orang Indonesia dengan caranya sendiri. Ia telah menghilangkan pengawal Belanda dari kamp-kap dan menggantikannya dengan pengawasan yang seluruhnya Australia, yaitu segera sesudah Nyonya Gapp membuat laporan pertama tentang tawanan-tawanan yang sakit di Liverpool (Lockwood, 1983 : 23-24). Para penderita sakit dipindahkan dari Liverpool ke rumah sakit Princess Juliana yang dikelola Belanda di Turramurra, Pantai Utara Sydney. Beberapa orang pasien dapat sembuh dengan cepat karena perawan kedokteran itu, dan lalu bekerja di berbagai bidang industri, konstruksi dan kantor, untuk membantu usaha perang anti Jepang (Lockwood, 1983 : 24).
Pembebasan tawanan yang sakit dari Liverpool memperkuat tuntutan agar semua orang Indonesia dibebaskan segera. Kamp tawanan yang liar dan diterpa angin dingin dikecam habis oleh Dr. Evatt. Komisi Hindia Belanda yang bertindak sebagai pemerintah dalam pembuangan di Australia didesak untuk pembebaskan sisa dari para interniran di Liverpool. Pada tangggal 7 Desember 1943 kamp tawanan di blok D di Cowra dibuka. Para juru bicara orang buangan Tanah Merah mengakui bahwa rasa merdeka yang pertama itu berhasil dimenangkan (Lockwood, 1983 : 24).
Banyak eks Digulis yang menerima pekerjaan di bawah Belanda di Australia, mereka terima itu tidak hanya untuk membantu usaha perang melawan Jepang, melainkan juga untuk menyabot pendudukan kembali Hindia oleh Belanda, yang hendak dilancarkan dari pangkalan-pangkalan di Australia (Lockwood, 1983 : 24). Para eks Digulis dengan demikian menangani pekerjaan–pekerjaan yang sifatnya produktif dalam mengetahui gerakan Belanda di udara, laut dan darat, dalam mengetahui kedudukan gudang-gudang mesiu dan seluk beluk muatan kapal. Mereka dapat mengetahui isi pesan-pesan yang disampaikan kepada aparat Hindia Belanda di Australia oleh Komando Pasifik Barat Daya dari Jenderal Douglas MacArthur, oleh Pemerintah Belanda Kerajaan dalam Pembuangan di London, oleh departemen-departemen Pemerintah Australia di Canberra dan oleh lain-lain pengirim berita vital. Para eks Digulis ini pun dapat berkomunikasi dengan organisasi-organisasi Partai Buruh, dengan Dewan-Dewan Pekerjaan dan Perburuhan di Brisbane dan Queensland Utara serta dengan para pramuniaga toko milik serikat buruh (Lockwood, 1983 : 33). Orang-orang eks Digulis bekerja bahu membahu dengan orang-orang Indonesia yang telah datang di Australia bersama pemerintahan, angkatan bersenjata dan armada pelayaran Hindia Belanda, serta melakukan propaganda di antara mereka itu mengenai revolusi sesudah perang, menentang Belanda (Lockwood, 1983 : 34).
Pertengahan tahun 1944 dibentuk secara setengah rahasia kelompok kelompok republican yang disebut Komite-Komite Kemerdekaan Indonesia yang mencakup anggota-anggota PKI, orang-orang Islam dan orang-orang Indonesia yang tidak tergabung dalam sesuatu organisasi. Slogan yang dikumandangkannya adalah demi republik, dan bukan demi Sovyet atau kekuasaan sosialis, seperti di jaman tahun 1926. PKI di Australia mengajarkan bahwa kekuasaan yang datang adalah suatu “republik rakyat demokratis”. Inti struktur komando republik yang dipersiapkan untuk menggantikan kekuasaan Belanda atas orang Indonesia di Australia itu terbentuk pada pertengahan tahun 1944 (Lockwood, 1983 : 35).
Melalui percabangan dan badan-badan kontaknya yang tersebar luas, CPA telah memberikan bantuan khusus kepada Komite-Komite Kemerdekaan Indonesia dalam melancarkan komunikasi antara berbagai kelompok orang Indonesia di Australia. Cabang-cabang CPA bertindak selaku kantor pos bagi orang-orang Indonesia dengan melangsungkan komunikasi mereka per tangan, biasanya melalui orang-orang revolusioner di kereta api, dinas transport maritim dan angkatan bersenjata (Lockwood, 1983 : 35).
Dengan upah yang berstandar Australia, orang-orang Indonesia dapat memperoleh pesawat-pesawat penerima radio atau komponen-komponennya untuk dirakit. Mereka secara teratur memonitor stasiun-stasiun radio di Hindia yang diduduki. Penolakan untuk mendapatkan perlengkapan dari negeri Belanda yang waktu itu berada dalam cengkraman Nazi telah memaksa Pemerintah NEI untuk betul-betul mengandalkan diri kepada orang Indonesia dalam hal pos-pos administrasi dan teknik yang sangat penting. Dengan demikian di permudahlah kebocoran keterangan rahasia kepada kekuatan republik Indonesia di Australia. Dengan adanya para simpatisan republik disemua departemen Belanda di Australia, dan dengan adanya beberapa orang Belanda yang suka bekerjasama dan bersedia membantu, maka Komite-Komite Kemerdekaan seringkali mengetahui isi pesan-pesan dari Pemerintah Belanda Kerajaan di London, dan kemudian juga di Negeri Belanda yang sudah direbut kembali, sebelum diketahui oleh Pemerintah NEI, juga oleh para komandan angkatan bersenjata ataupun dinas-dinas diplomatik dan perbekalan yang ada di Australia (Lockwood, 1983 : 36).
Bersambung . . . . . . . .
Sumber
Lockwood, Rupert.1983. ARMADA HITAM. Jakarta : Gunung Agung
NAMA : AGISTA
BalasHapusKELAS : XII IPS 2
Nama : Alyani 'Ainun Nafis
BalasHapusKelas : XII IPS 2
Nama : Marvella Dias Ambarwati
BalasHapusKelas : XII IPS 2
NAMA :LELI ANTIKA
BalasHapusKELAS:Xll IPS 2
Nama : Muhammad saeful bahri
BalasHapusKelas: XII IPS 2
Nama : Isnaeni
BalasHapusKelas: XII IPS 2
Nama : Fitriyah
BalasHapusKelas : 12 ips 2
Nama: Astri novianti
BalasHapusKelas: XII IPS 2
Nama :Dwi Nofiana
BalasHapusKelas :XII IPs 2
Nama :Dwi Nofiana
BalasHapusKelas :XII IPs 2
Nama :Sindi Mukti Karisma
BalasHapusKelas:XII IPS 2
Nama :Sindi Mukti Karisma
BalasHapusKelas:XII IPS 2
Nama: Dea Tiara Karisma
BalasHapusKelas: XII IPS 2
Nama :Dimas Saputra
BalasHapusKelas:Xll IPS 2
Nama :Nadia Wulandari
BalasHapusKelas :XII IPS 2
Nama:Atik tri puji
BalasHapusKelas: 12 IPS 2
Nama :Bakti NR
BalasHapusKelas:12 IPS 2
Nama :Selvin Triana
BalasHapusKelas :X11 ips 2
Nama:Riang gumanti
BalasHapusKelas:XII ips 2
Nama : SURATMAN
BalasHapusKelas: Xll IPS 2
Nama: anzali maridatul khanifa
BalasHapusKelas :XII IPS 2
Maaf Baru bisa masuk pak baru dapat blognya🙏
BalasHapusTerimakasih.
HapusNama : Fani Rahmasari
BalasHapusKelas : XII IPS 2
Nama : Tri wahyu lestari
BalasHapusKelas: XII IPS 2
Nama : Wildan Dwi Sholafudin
BalasHapusKelas:XII IPS 2
Nama :Sekar Sukmaningsih
BalasHapusKelas :XII IPS 2
Nama:Dipta kanya
BalasHapusKelas:XII IPS 2
Nama : Disa Putri Pratami
BalasHapusKelas: XII IPS 2
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama:Riski Awalianto
BalasHapusKelas:X IPS 2
Nama: Anggie Dian Septiani
BalasHapusKelas: XII IPS 4
Nama: Dini Widiani Wendasari
BalasHapusKelas: XII IPS 4
Nama :Dwi Linda Fatihah
BalasHapusKelas:XII IPS 4
Nama : Efa Lutfiana
BalasHapusKelas:XII IPS 4
Nama : Nanda Febiana
BalasHapusKelas : XII IPS 4
Nama: Uci Afifah Dirgantara
BalasHapusKelas: XII IPS 3
Nama; sephiana rizki Dewi Sartika
BalasHapusKelas;XII IPS
No;30
Nama : Defina Rahayu
BalasHapusKelas : XII IPS 3
No : 11
Nama: Ade wulandari
BalasHapusKelas: XII IPS 3
Nama :Defina Rahayu
BalasHapusKelas:XII IPS 3
No :11
Nama:Tisa nur cahyanita
BalasHapusKelas:XII IPS 3
No.abs:32
Nama : Tinta Eka Romadhona
BalasHapusKelas : XII IPS 3
No.absen : 31
Nama :Rahma Yuliana
BalasHapusKelas:XII IPS 3
NO.Abs:22
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Defi Latifah
BalasHapusKelas:XII IPS 3
NO. absen:10
Nama : Rio Cahyo W
BalasHapusKelas : XII IPS 3
Absen : 25
Nama: Yuyun Oktaviana
BalasHapusKelas: XII IPS 4
Nama:Reni Anjarwati
BalasHapusKelas:XII IPS 3
No.Absen:23
Nama:Nur Oktaviyani
BalasHapusKelas:XII IPS 3
No.Absen:19
Nama : khumaira solihati
BalasHapusKelas : XII IPS 3
No.Absen : 15
Nama : Afinda Dewi Destanti
BalasHapusKelas :XII IPS 3
NO.Absen:04
Nama : Isna Hikmah R
BalasHapusKelas : XII Ips 4
Nama : Dina Astriyani Januar
BalasHapusKelas : 12 IPS 4
Nama: Elda Andreani
BalasHapusKelas: XII IPS 3
No.absen: 12
Nama: Naendri e.t
BalasHapusKelas 12 ips 3
No.abs 17
Nama:Eka afriyani
BalasHapusKelas:Xll Ips1
No absen:09
Nama : Fina Rohmatu Alifah
BalasHapusKelas :XII IPS 1
Absen :13
Nama :Elsa catur maylani
BalasHapusKelas :12 ips 1
No.absen :10
NAMA:KRISNA
BalasHapusKELAS:12 IPS 1
Nama:Melandika Lestari
BalasHapusKelas:12 IPS 1
NAMA:RIZKI KURNIAWAN
BalasHapusKELAS:12 IPS 1
Nama:Tri khomsiah
BalasHapusKelas:12 IPS 1
Nama : Ajeng Alisiya Putri
BalasHapusKelas : XI IPS 3
Nama : Ajeng Alisiya Putri
BalasHapusKelas : XI IPS 3
Nama : Rahma Dyah Sabilla
BalasHapusKleas : 12 IPS 1
Nama : Meilia Nur Amaliah
BalasHapusKelas : 12 ips 1
Nama : Yesinta Avilian
BalasHapusKelas : 12 ips 1
Nama:Afifah
BalasHapusKelas:12 IPS 1
Terimakasih telah mengikuti kelas sejarah.
BalasHapusNama : Adila Wanodyatama
BalasHapusKelas : 12 IPS 1
Nama : Rahmawan
BalasHapusKelas : 12 ips 4
Nama :Alfanza Ramadhani
BalasHapusKelas : 12 IPS 3
Nama : Safalina
BalasHapusKelas : XII IPS 1
Nama:wulandari
BalasHapusKelas:XII IPS1
Nama:Mayza Dwi A
BalasHapusKelas:XII IPS 1
Nama: Nadiyah Nuur Fauziyah
BalasHapusKelas: XII IPS 4
Nama: SriMulYaningsih
BalasHapusKelas: XII IPS 4
Nama : Intan Puspita Hapsari
BalasHapusKelas : XII IPS 4